Tetap Setia Meski Melewati Ujian


“Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat” (1 Timotius 3:10).
            Untuk menjadi orang-orang berkualitas kita harus melewati proses atau ujian demi ujian. Hal inilah yang disadari Ayub: “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas”(Ayub 23:10). Itulah sebabnya tak seorang pun dari kita yang akan luput dari ujian dan masing-masing orang akan mengalami ujian yang berbeda, dengan kadar yang berbeda juga. Kita akan beroleh promosi sebelum kita lulus dari ujian yang ada.
“…haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan  serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci” (1 Timotius 3:8-9).
            Namun, inti dari kesemua persyaratan itu adalah kesetiaan. Tanpa kesetiaan, apa pun tugas dan kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada seseorang tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Jadi kita harus tetap setia mengerjakan tugas-tugas yang diberikan bagi kita meski ada ujian, tantangan dan harus melewati padang gersang sebagaimana bangsa Israel yang harus mengalami ujian di padang gurun selama 40 tahun. Selama masa itu, bangsa Israel memberontak, bersungut-sungut dan mengeluh kepada Tuhan. Akibat dari ketidaksetiaan mereka menjalani proses ujian, sebagian besar dari mereka mati sebelum mencapai tanah perjanjian. Mereka tidak dapat menikmati janji Tuhan karena tidak tahan saat harus melewati kesukaran. Seberat apapun ujian yang harus kita lalui, yakinlah bahwa itu adalah bagian dari persiapan yang diberikan Tuhan bagi kita.
            Tuhan menghendaki agar kita tidak menyerah ketika berada dalam masa-masa pembentukan itu. Kondisi inilah yang seringkali dimanfaatkan Iblis untuk melemahkan kita. Dan akhirnya banyak anak Tuhan yang tidak sabar dan menyerah di tengah jalan.
“Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita”(Titus 2:9-10).
            Orang yang setia adalah orang yang layak dipercaya dan konsisten. Selalu ada upah bagi orang-orang setia. Karena itu kita harus setia dimana pun Tuhan menempatkan kita. Terhadap orang-orang yang memiliki otoritas kita harus belajar menghormati dan taat kepadanya, sebagai ujian yang nyata atas kesetiaan dan ketaatan kita. Kita juga bisa belajar dari pribadi Daud yang tidak menaruh dendam dan sakit hati terhadap Saul meskipun telah diburu dan dikejar-kejar sampai hendak membunuh Daud. Daud sangat menghargai dan menghormati urapan  Tuhan dalam diri Saul. Ia belajar untuk tetap mengandalkan Tuhan dan menantikan-Nya dengan setia.
            Mari kita belajar setia meski tidak ada orang yang tahu atau memperhatikan apa yang sedang kita alami. Walaupun banyak tantangan dan ujian jangan menjadi lemah dan kecewa, tetaplah setia mengerjakan apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, karena Tuhan sedang mengerjakan suatu pekerjaan yang besar di dalam hidup kita. Ia sedang membentuk karakter di dalam hidup kita dan memperlengkapi kita untuk jangka panjang.
“Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela”( Mazmur 18:26).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pertanggungjawaban Acara Gathering Pengurus PMK FH Unpad Periode 2013/2014

Ringkasan Khotbah November 2020