Teladan Bagi Generasi : Integritas
April 2010. Waktu itu kami duduk di sebuah ruangan kecil. Ada 7 mahasiswa dan satu orang psikolog di sana. Saya ingat bagaimana saya gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki, ketika mendengar satu persatu mahasiswa bercerita soal prestasi mereka. Pernah jadi delegasi untuk ikut konferensi di luar negeri, punya kedudukan tinggi dalam organisasi skala kampus bahkan nasional, juara I lomba ini dan itu. Diam-diam saya melirik catatan saya soal prestasi saya. Catatan organisasi : PMK dan panitia MAPAK. Prestasi : peserta lomba karya tulis (nggak menang pula!) . Gawat.
Giliran saya tiba. Dengan benak kosong saya membuka mulut dan kata-kata itu meluncur begitu saja, “Saya tidak punya prestasi sebrillian teman-teman sekalian. Saya tidak pernah menjadi delegasi untuk konferensi apapun, saya tidak pernah juara lomba, saya tidak ikut organisasi sebanyak teman-teman. Mungkin hanya satu hal yang bisa saya banggakan, entah ini bisa disebut prestasi atau bukan. Selama 2 tahun 6 bulan saya kuliah, saya tidak pernah nyontek, titip absen, atau copy-paste tugas.” (Sok alim benar ya jawabannya.. Ya sebutlah saya sok alim, sok baik, saya gak peduli...)
Saya ingat setelah itu kami disuruh berdiskusi, dan yang lucu akhirnya kami berdiskusi soal masalah itu dong. Soal integritas dalam dunia kuliah. Sebuah diskusi panjang yang menggelitik eksistensi kami sebagai mahasiswa Universitas Padjajaran. Mereka bilang saya barang langka di dunia macam sekarang. Di situlah saya sadar bahwa generasi ini perlu teladan. Adalah sulit bagi generasi ini membayangkan seseorang hidup dalam kebenaran, dalam hal ini : integritas.
Bagi saya, menjaga integritas adalah sebuah prinsip yang tidak bisa ditawar. Dikatakan bahwa:
“barangsiapa setia dalam perkara kecil, akan dipercayakan perkara besar”
Kalau untuk menolak praktek contek-mencontek dengan alasan ‘gak enak sama teman’ saja tidak berani, lantas apa yang akan jadi jaminan kau berani menolak tawaran korupsi dari ‘teman’ di masa depan nanti? Kalau bagimu nilai A lebih berharga daripada kualitas ilmu dan karakter sehingga kau menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, maka apa jaminan di masa depan nanti kau tidak akan menghalalkan segala cara demi suatu hal tertentu – bahkan kalau cara itu menginjak-injak keadilan dan kebenaran? Para dewan yang sering bolos sidang mungkin tukang titip absen waktu kuliah, hahaa...
Dulu, seorang teman pernah bilang, “Percuma menjaga idealisme waktu kuliah, nanti pas kerja juga kebawa juga.” Buat saya logikanya terbalik. Yang benar adalah karena gak MELATIH DIRI untuk berdiri dalam kebenaran, akhirnya waktu bekerja dengan mudahnya terbawa oleh arus ktidakbenaran. Yang MELATIH DIRI Untuk berintegritas waktu kuliah saja masih ada yang kebawa, apalagi yang gak pernah melatih diri!
Sudah tiba saatnya kita menuntut diri kita sendiri untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan. Saya memutuskan untuk berjalan di jalan yang tidak populer dengan segala prinsip-prinsip saya tersebut, karena saya tau jelas ke mana saya sedang berjalan. Percaya gak percaya, generasi ini perlu orang-orang ‘gila’ macam ini. Generasi ini perlu teladan, generasi ini perlu melihat bahwa untuk hidup dan berjalan dalam kebenaran adalah mungkin – bahkan sebuah keharusan!
Biarlah jejak-jejak kehidupan kita merupakan jejak-jejak kebenaran yang bisa terus diikuti oleh generasi kita, bahkan generasi setelah kita. Karena kamu, ya, kamu yang sedang baca tulisan ini, kamu dipanggil bukan untuk hidup bagi diri kamu sendiri, tapi untuk ‘dipecahkan’ bagi orang banyak. Terlalu kecil bagimu hidup buat diri sendiri, buat keluarga sendiri, buat sanak saudara sendiri. No! Percayalah bahwa Yang Mahakuasa menciptakan kamu untuk melakukan hal-hal yang besar! Untuk memberkati bangsa ini, bahkan bangsa-bangsa! Sadari ini, dan stop memandang dirimu kecil! Stop memandang hidupmu remeh! – dan karena itu juga, mulailah serius dengan hidupmu. Mulai serius cari visi hidupmu. Jangan mau hidup tanpa tujuan! J
Jadilah teladan buat generasi ini. Jadilah pemandu bangsa ini. Kalau saat ini sulit bagi kita membayangkan seorang advokat hidup bersih, hakim hidup bersih, anggota dewan kerja dengan benar, para pengusaha tidak menggelapkan pajak, biarlah 5 – 10 tahun mendatang kita bisa sebut dengan lancar nama-nama hakim, advokat, pejabat pemerintahan, pengusaha yang hidup bersih dan berkualitas karena ada sebuah generasi yang mempersiapkan dirinya untuk memimpin negeri ini berjalan dalam kebenaran.
Ayo generasi muda, persiapkan dirimu! Sesungguhnya akan tiba saatnya negeri ini bangkit dari keterpurukannya. Ya! Karena ada sebuah generasi yang mempersiapkan dirinya untuk mengubah Indonesia. Dan usaha itu dimulai dari sekarang. Sebagai mahasiswa, mari hidup berintegritas, mari tentukan standar kebenaran dalam hidup kita, mari menuntut diri untuk menjadi mahasiswa yang berkualitas.
Wah, kalau setiap kita yang membaca tulisan ini kemudian mengambil keputusan untuk mulai serius dengan hidupnya dan menjadi teladan buat generasi, saya percaya, suatu hari nanti, orang-orang tidak lagi bilang mahasiswa yang gak nyontek atau titip absen itu barang langka..... J
Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari...
(Amsal 4 : 18)
Suatu hari aku akan melihat bangsa dan negeri ini berdiri dengan kuat.
Aku akan menjadi saksi kebangkitannya.
Aku akan menjadi bagian dari kebangkitannya.
Aku akan melihat bahwa sungguh hatiNya ada di bangsa ini, di negeri ini, di Indonesia
Giliran saya tiba. Dengan benak kosong saya membuka mulut dan kata-kata itu meluncur begitu saja, “Saya tidak punya prestasi sebrillian teman-teman sekalian. Saya tidak pernah menjadi delegasi untuk konferensi apapun, saya tidak pernah juara lomba, saya tidak ikut organisasi sebanyak teman-teman. Mungkin hanya satu hal yang bisa saya banggakan, entah ini bisa disebut prestasi atau bukan. Selama 2 tahun 6 bulan saya kuliah, saya tidak pernah nyontek, titip absen, atau copy-paste tugas.” (Sok alim benar ya jawabannya.. Ya sebutlah saya sok alim, sok baik, saya gak peduli...)
Saya ingat setelah itu kami disuruh berdiskusi, dan yang lucu akhirnya kami berdiskusi soal masalah itu dong. Soal integritas dalam dunia kuliah. Sebuah diskusi panjang yang menggelitik eksistensi kami sebagai mahasiswa Universitas Padjajaran. Mereka bilang saya barang langka di dunia macam sekarang. Di situlah saya sadar bahwa generasi ini perlu teladan. Adalah sulit bagi generasi ini membayangkan seseorang hidup dalam kebenaran, dalam hal ini : integritas.
Bagi saya, menjaga integritas adalah sebuah prinsip yang tidak bisa ditawar. Dikatakan bahwa:
“barangsiapa setia dalam perkara kecil, akan dipercayakan perkara besar”
Kalau untuk menolak praktek contek-mencontek dengan alasan ‘gak enak sama teman’ saja tidak berani, lantas apa yang akan jadi jaminan kau berani menolak tawaran korupsi dari ‘teman’ di masa depan nanti? Kalau bagimu nilai A lebih berharga daripada kualitas ilmu dan karakter sehingga kau menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, maka apa jaminan di masa depan nanti kau tidak akan menghalalkan segala cara demi suatu hal tertentu – bahkan kalau cara itu menginjak-injak keadilan dan kebenaran? Para dewan yang sering bolos sidang mungkin tukang titip absen waktu kuliah, hahaa...
Dulu, seorang teman pernah bilang, “Percuma menjaga idealisme waktu kuliah, nanti pas kerja juga kebawa juga.” Buat saya logikanya terbalik. Yang benar adalah karena gak MELATIH DIRI untuk berdiri dalam kebenaran, akhirnya waktu bekerja dengan mudahnya terbawa oleh arus ktidakbenaran. Yang MELATIH DIRI Untuk berintegritas waktu kuliah saja masih ada yang kebawa, apalagi yang gak pernah melatih diri!
Sudah tiba saatnya kita menuntut diri kita sendiri untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan. Saya memutuskan untuk berjalan di jalan yang tidak populer dengan segala prinsip-prinsip saya tersebut, karena saya tau jelas ke mana saya sedang berjalan. Percaya gak percaya, generasi ini perlu orang-orang ‘gila’ macam ini. Generasi ini perlu teladan, generasi ini perlu melihat bahwa untuk hidup dan berjalan dalam kebenaran adalah mungkin – bahkan sebuah keharusan!
Biarlah jejak-jejak kehidupan kita merupakan jejak-jejak kebenaran yang bisa terus diikuti oleh generasi kita, bahkan generasi setelah kita. Karena kamu, ya, kamu yang sedang baca tulisan ini, kamu dipanggil bukan untuk hidup bagi diri kamu sendiri, tapi untuk ‘dipecahkan’ bagi orang banyak. Terlalu kecil bagimu hidup buat diri sendiri, buat keluarga sendiri, buat sanak saudara sendiri. No! Percayalah bahwa Yang Mahakuasa menciptakan kamu untuk melakukan hal-hal yang besar! Untuk memberkati bangsa ini, bahkan bangsa-bangsa! Sadari ini, dan stop memandang dirimu kecil! Stop memandang hidupmu remeh! – dan karena itu juga, mulailah serius dengan hidupmu. Mulai serius cari visi hidupmu. Jangan mau hidup tanpa tujuan! J
Jadilah teladan buat generasi ini. Jadilah pemandu bangsa ini. Kalau saat ini sulit bagi kita membayangkan seorang advokat hidup bersih, hakim hidup bersih, anggota dewan kerja dengan benar, para pengusaha tidak menggelapkan pajak, biarlah 5 – 10 tahun mendatang kita bisa sebut dengan lancar nama-nama hakim, advokat, pejabat pemerintahan, pengusaha yang hidup bersih dan berkualitas karena ada sebuah generasi yang mempersiapkan dirinya untuk memimpin negeri ini berjalan dalam kebenaran.
Ayo generasi muda, persiapkan dirimu! Sesungguhnya akan tiba saatnya negeri ini bangkit dari keterpurukannya. Ya! Karena ada sebuah generasi yang mempersiapkan dirinya untuk mengubah Indonesia. Dan usaha itu dimulai dari sekarang. Sebagai mahasiswa, mari hidup berintegritas, mari tentukan standar kebenaran dalam hidup kita, mari menuntut diri untuk menjadi mahasiswa yang berkualitas.
Wah, kalau setiap kita yang membaca tulisan ini kemudian mengambil keputusan untuk mulai serius dengan hidupnya dan menjadi teladan buat generasi, saya percaya, suatu hari nanti, orang-orang tidak lagi bilang mahasiswa yang gak nyontek atau titip absen itu barang langka..... J
Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari...
(Amsal 4 : 18)
Suatu hari aku akan melihat bangsa dan negeri ini berdiri dengan kuat.
Aku akan menjadi saksi kebangkitannya.
Aku akan menjadi bagian dari kebangkitannya.
Aku akan melihat bahwa sungguh hatiNya ada di bangsa ini, di negeri ini, di Indonesia
Komentar
Posting Komentar