Metamorfosis


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2)
Kata perubahan sering kali didengung-dengungkan dimana-mana, hampir disemua lini kehidupan perubahan menjadi isu sentral. Pemerintah mendengung-dengungkan perubahan dalam tatanan dan layanan governance yang baik, perusahaan-perusahaan menata diri untuk menjadi yang terbaik melalui perubahan. Bahkan gereja pun itu turut serta menangkap kairos tentang perubahan, ini memberikan catatan bagi kita bahwa memang saatnya semua bidang kehidupan harus berubah, tanpa perubahan tidak mungkin kita menggapai pencapaian yang maksimal.
Kitab Roma 12:2 ini merupakan seruan rasul Paulus kepada jemaat di Roma untuk menghidupi perubahan, perubahan yang dimaksud lebih kepada bagaimana diri sendiri atau pribadi umat mengalami perubahan secara signifikan.
Perhatikanlah apa yang menjadi nasehat rasul Paulus, yang pertama jangan menjadi serupa dengan dunia ini. Ada hal yang diinginkan Paulus terjadi di jemaat Roma, yakni tidak boleh menjadi sama dengan dunia. Yang dimaksudkannya disini adalah bagaimana jemaat hidup tidak sama dengan tatanan dunia, standart nilai dunia, melainkan standart nilai ilahi.
Yang kedua justru Paulus menyebutkan bahwa berubahlah oleh pembaharuan budimu, kalimat ini mengandung pesan bahwa pembaharuan dimulai dari dalam bukan dari luar. Ketika terjadi pembaharuan budi, maka itu akan berpengaruh dengan signifikan kepada perubahan pola laku dan kehidupan sehari-hari.
Perubahan adalah langkah pasti menuju kemajuan
Dalam lanjutan nasehat Paulus ini dijelaskan bahwa pembaharuan budi memiliki dampak yang strategis dan mendalam bagi terciptanya kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Rasul Paulus menyebutkan bahwa dengan pembaharuan budi akan nampak pola hidup yang berkenan dihadapan Tuhan dengan tingkatan tahu apa yang baik, berkenan dan yang sempurna dihadapan Tuhan. Tiga tingkatan ini hanya dimungkinkan jikalau diawali dengan perubahan yakni ada pembaharuan budi.
agaimana kita dapat mengalami pembaharuan budi? Pertanyaan ini merupakan hal yang sangat esensi kita perhatikan, bukan sekedar diperhatikan melainkan direnungkan dan dilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengalami pembaharuan budi.Pertama, harus mengalami pertobatan. Kata perubahan ‘metamorfosis’ sebenarnya mengandung nilai pertobatan. Perubahan sesungguhnya menuntut pertobatan, hanya barangkali pertobatan yang dimaksud disini bukan saja merujuk kepada bagaimana kita percaya dan terima Yesus, namun dalam hal setiap laku dan kehidupan yang kita jalankan. Pertobatan menunjukkan kepada dimensi pikiran, perkataan dan perbuatan.
Kedua, merelakan diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:16). Dengan kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus perubahan hidup pasti terjadi dalam diri kita masing-masing.
Ketiga, menghasilkan kehidupan dengan standar ilahi. Dalam Galatia 5:22-23, Paulus menjelaskan dampak dan hasil dari kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Seseorang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus, pola hidupnya menjadi luar biasa, hasil dan dampak yang dimunculkan melalui kehidupan bukan saja membuat perubahan dalam diri, melainkan membawa hasil kepada semua orang.
Perubahan bukanlah sesuatu yang bersifat konseptual tetapi pola hidup dan perilaku yang harus dikerjakan dari waktu kewaktu. Dalam kancah kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh berhenti berubah, sebab perubahan menunjuk kepada dinamika kehidupan yang kian waktu disempurnakan dalam Tuhan. Berhenti berubah berarti kita berhenti menghasilkan peningkatan kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pertanggungjawaban Acara Gathering Pengurus PMK FH Unpad Periode 2013/2014

Tetap Setia Meski Melewati Ujian

Ringkasan Khotbah November 2020